Kamis, 17 Januari 2013

ENTAH



25 agustus 2012
In the morning
ENTAH

Pagi ini ingin kusapa cinta
Tapi ia tak ada
Kubasuh wajah dengan embun
Tapi tidak menyejukan
Ku tau asa itu hanya fatamorgana
Akupun tak berani menantinya
Aku bukan pengecut apalagi pecundang
Aku hanya raga yang bersembunyi di bawah mega
Tuhan…
Aku tau ini skenario-Mu
Mampukah aku memainkan peranan ini dengan baik ?
Ingin ku lepas peran ini, tapi sandiwara sudah terlanjur di mulai
Jika saja ada pemeran pengganti…
Tapi akupun takkan rela digantikan oleh siapapun
Lalu apa mauku ? Entahlah…

Sekeping Hati Yang Tersakiti



Sekeping Hati Yang Tersakiti
Dibalik senyumnya kulihat terselip duka
Dibalik tawanya kulihat ada segores lara
Tuhan…benarkah aku yang membuatnya terluka ?
Kenapa harus ada yang tersakiti oleh kebahagiaanku yang semu
Akupun perih …melihatnya terluka
Karena aku juga wanita
Tapi mungkin dia tidak sekuat dan setegar aku
Jadi sebaiknya akulah yang harus putar arah
Karna jalan ini buntu
Tuhan…. Tolong beri aku kekuatan agar aku bisa menghadapi semua kenyataan ini
Aku tau berat dan pedih rasanya
Tapi apalah artinya kepedihannku jika dibandingkan hatinya yang kan terluka kelak saat dia tau…
Tuhan… jangan berhenti memakaikan topeng  di wajahku
Agar tak ada yang tau betapa sakitnya hati ini
Buatlah aku selalu tersenyum apapun yang aku rasakan
Kebahagiaan itu bukan milikku tapi milikknya
Aku tak boleh lagi merampasnya
Tuhan…kuatkan aku agar aku bisa mengatasi situasi ini
Bantu aku menghadapi cacian dunia kelak jika seisinya tau betapa jahatnya aku
Bantu aku menulikan pendengarannku terhadap kutukan-kutukan dunia
Bantu aku menjaga bintang yang kumiliki  tanpa harus mencuri bintang lain yang bukan milikku
Tuhan hanya Kau yang tau betapa sakitnya aku saat ini
Yang harus melepaskan orang yang kusayangi untuk bahagia bersama  pemiliknya
Untuk sekeping hati yang tersakiti, maafkan aku…

(“untuk kekasih penguat jiwaku…
…berdoa kau dan aku di jannah”)
Ditulis dengan tetesan air mata seorang perempuan  yang tak rela perempuan  lain tersakiti olehnya
(inspired from : “ Dan akhir adalah permulaan, kau dan aku tak pernah menapaki mula juga mungkin tak pernah sampai pada selesai, seperti puisi yang kutanam di kuntum hatimu “)
*Mata Ketiga Cinta*
By:Vio
24 Agustus 2012

Berkah atau Musibah

Hujan...Jakarta...Banjir

Hujan itu berkah atau musibah ?
Sebagian orang menganggap hujan adalah anugerah sedangkan sebagian orang lainnya mengangap hujan sebagai musibah.
Ketika kemarau panjang datang orang-orang akan menantikan kedatangan hujan, bahkan ada sebagian kelompok orang yang melakukan ritual memanggil hujan.
Ketika hujan turun semuanya menyambut dengan girang, bahkan sujud syukur karena berkah telah datang.
Tetapi tidak bagi sebagian orang yang wilayahnya selalu banjir jika kedatangan hujan. Jakarta contohnya...
Dua hari ini ibukota telah berubah menjadi kolam raksasa. Jakarta tercinta telah dikepung banjir pemirsa...hehe. Sangat memalukan memang icon Indonesia, ibukota negara telah menjelma menjadi kolam raksasa. Kesalahan siapakah ini semua ?
Ada yang menyalahkan pemerintah, ada yang menyalahkan masyarakat yang tinggal di jakarta, bahkan ada yang menyalahkan Tuhan yang menurunkan hujan berlebihan, Astagfirulloh... Tapi ada sebagian yang justru merasa senang kedatangan si banjir ini...ciyusss???
Pemerintah disalahkan karena selalu mementingkan pembangunan dan mengabaikan drainase, bla bla bla....
Masyarakat yang tinggal di salahkan karena ketidakdisiplinannya dalam berbagai hal ( mendirikan bangunan di hulu sungai, membuang sampah sembarangan, dll)
Tuhan disalahkan karena menurunkan hujan yang tak henti-hentinya ( astagfirulloh ).... kalo yang satu ini saya sangat tidak setuju pemirsa  :(
Lalu siapakah yang merasa senang akan datangnya musibah banjir ini ? *mikir* aha...ya benar...anak-anak kecil sebagian merasa senang dengan datangnya banjir karena mereka bisa berenang gratis begitu celetuk salah seorang anak yang diwawancarai reporter televisi yang meliput banjir. Dasar anak-anak yang polos.


Rabu, 16 Januari 2013

Rindu Biru

Aku rindu biru langitmu ya Rabb
Saat dingin mengepung sekujur tubuhku
Mencoba ku cari birunya langit_Mu
Tapi nihil...
Yang kutemukan hanya gelap
Gulungan awan hitam menutup birumu
Dan akupun hanya terpaku di heningnya atap yang menaungiku